Selasa, 10 Januari 2012

Supernova Termuda Di Galaxy Bima Sakti

Supernova Termuda di galaksi Bima Sakti kita telah ditemukan dengan melacak perluasan cepat sisanya. Hasil ini, diperoleh dengan menggunakan NASA X-ray Chandra Observatory dan  Nasional Observatorium Astronomi Radio Array, akan membantu meningkatkan pemahaman kita mengenai seberapa sering supernova meledak di galaksi Bima Sakti.

Ledakan supernova yang paling akhir terjadi di Galaxy Bima Sakti.sekitar 140 tahun yang lalu, Sebelumnya, supernova terakhir yang dikenal di galaksi kita terjadi sekitar 1680, perkiraan berdasarkan perluasan sisa nya, Cassiopeia A.


Penemuan baru supernova ini merupakan langkah pertama dalam membuat perkiraan lebih baik dari seberapa sering ledakan bintang terjadi. Hal ini penting karena panas supernova dan mendistribusikan sejumlah besar gas, dan pompa unsur berat keluar ke lingkungan mereka. Mereka dapat memicu pembentukan bintang baru sebagai bagian dari siklus kematian dan kelahiran kembali sebuah bintang. selain sisa yang luas, Ledakan juga dapat meninggalkan satu bintang netron pusat atau lubang hitam.

Ledakan supernova baru-baru ini tidak terlihat dengan teleskop optik karena itu terjadi di dekat pusat galaksi dan tertanam di bidang padat gas dan debu. Hal ini membuat objek redup sekali dalam cahaya optik, dari sebuah unobscured supernova. Namun, sisa yang ditimbulkannya dapat dilihat oleh X-ray dan teleskop radio.

"Kita bisa melihat beberapa ledakan supernova dengan teleskop optik di setengah dari alam semesta, tetapi ketika mereka berada dalam kegelapan ini kita bisa merindukan mereka di halaman belakang kosmik kita sendiri," kata Stephen Reynolds dari North Carolina State University di Raleigh, yang memimpin Chandra studi. "Untungnya, awan gas dari ledakan memperluas bersinar terang di gelombang radio dan sinar-X selama ribuan tahun X-ray dan teleskop radio bisa melihat melalui semua mengaburkan itu dan menunjukkan kepada kita apa yang kita telah hilang.."

Para astronom secara teratur mengamati supernova di galaksi lain seperti kita. Berdasarkan pengamatan, peneliti memperkirakan sekitar tiga Bintang meledak (mengalami supernova) setiap abad di galaksi Bima Sakti.

"Jika perkiraan angka supernova benar, harus ada sisa-sisa dari sekitar 10 ledakan supernova yang lebih muda daripada Cassiopeia A," kata David Green dari University of Cambridge di Inggris, yang memimpin studi Very Large Array. "Senang sekali bisa akhirnya melacak salah satu dari mereka."

"Tidak ada obyek lain dalam galaksi yang memiliki sifat seperti ini," kata Reynolds. "Temuan ini sangat penting untuk belajar lebih lanjut tentang bagaimana beberapa bintang meledak dan apa yang terjadi dalam akibatnya."

Pelacakan obyek ini dimulai pada tahun 1985, ketika para astronom, yang dipimpin oleh Green, menggunakan Very Large Array untuk mengidentifikasi sisa-sisa ledakan supernova di dekat pusat galaksi kita. Berdasarkan ukurannya yang kecil, hal itu dianggap memiliki dampak dari sebuah supernova yang meledak 400 hingga 1000 tahun yang lalu.

Dua puluh dua tahun kemudian, pengamatan Chandra mengungkapkan sisa telah diperluas dengan jumlah besar yang mengejutkan, sekitar 16 persen, sejak tahun 1985. Hal ini menunjukkan sisa-sisa supernova jauh lebih muda daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Bahwa usia muda dikonfirmasi dalam beberapa minggu terakhir ketika Very Large Array melakukan observasi radio baru. Ini perbandingan titik-titik data umur sisa di 140 tahun - mungkin kurang jika sudah melambat - sehingga termuda pada catatan di Bima Sakti.

Selain pemegang rekor supernova termuda, objek ini menarik untuk dikaji karena alasan lain. Kecepatan perluasan yang tinggi dan energi partikel ekstrim yang telah dihasilkan adalah belum pernah terjadi sebelumnya dan harus merangsang studi lebih dalam dari objek dengan Chandra dan Very Large Array.
Reade more >>

Planet Terpanas Di Galaxy Bima Sakti

PLANET TERPANAS di galaksi Bima Sakti sepertinya bakal menjadi planet paling pendek umurnya, lantaran perlahan-lahan dimakan bintang yang menjadi pusat edarnya. Penemuan ini didapatkan oleh sebuah instrumen baru Teleskop Angkasa Hubble milik NASA yang disebut Cosmic Origins Spectrograph (COS). Planet ini, seperti dilansir NASA, mungkin hanya memiliki sisa umur 10 juta tahun lagi sebelum sama sekali lenyap ditelan bintang seperti matahari itu. 
Planet yang disebut WASP-12b ini terletak sangat dekat dengan bintang ini sehingga mengalami pemanasan hingga 2.800 derajat Fahrenheit dan mengembang seperti sebuah bola rugby karena gaya tarik yang luar biasa besar.
Atmosfirnya mengembang hampir tiga kali radius atmosfir planet Jupiter. Planet malang ini 40 persen lebih padat daripada Jupiter. Kedekatan dua objek angkasa sebenarnya biasa dalam sistem perbintangan, namun ini untuk pertama kali terlihat nyata efeknya pada sebuah planet. “Kami melihat awan raksasa mengeliling planet, yang akan ditangkap bintang itu. Kami telah mengidentifikasi elemen kimia yang belum pernah terlihat di planet di luar tata surya kita,” kata Carole Haswell, pemimpin tim riset dari Universitas Terbuka Inggris. Hasweel dan teman-teman setimnya mempublikasikan hasil riset ini pada 10 Mei 2010 di Jurnal Astrofisika. 
Sebuah makalah teoretis pernah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Nature oleh Shu-lin Li dari Departemen Astronomi, Universitas Peking, Beijing. Shu-lin yang pertama kali memprediksi permukaan planet akan diganggu gravitasi bintang dan gaya gravitasi itu akan membuat planet itu sangat panas sehingga mengembangkan atmosfir luar planet. Prediksi ini kemudian dibuktikan Teleskop Hubble. WASP-12 adalah sebuah bintang kerdil yang berjarak 600 tahun cahaya dari konstelasi Auriga. Eksoplanet ini ditemukan oleh the United Kingdom’s Wide Area Search for Planets (WASP) pada 2008. Planet panas ini terlalu dekat ke bintangnya sehingga hanya butuh 1,1 hari untuk mengelilingi “mataharinya” itu
Reade more >>

Pendiri Microsoft Segera Buat Pesawat Luar Angkasa Terbesar

Sukses mengembangkan dan meluncurkan SpaceShipOne, pesawat komersial pertama yang mampu melesat sampai ke sub-orbit bumi, pada 2004 tidak membuat Paul Allen puas. Salah satu pendiri Microsoft Corporation ini baru-baru ini mengumumkan rencananya membangun pesawat luar angkasa terbesar yang pernah ada. Pesawat tersebut direncanakan bisa dipakai mengangkut manusia meninggalkan atmosfer bumi.

Sebagai langkah awal, Allen akan meluncurkan roket tak berawak untuk membawa satelit, baik milik pemerintah maupun swasta. Baru setelah itu ia berencana mengembangkannya menjadi pesawat yang mengangkut manusia ke luar angkasa.

Inisiatif Allen ini datang hanya beberapa bulan setelah pemerintah Amerika Serikat (AS) mempensiunkan program Space Shuttle setelah 30 tahun beroperasi. Hal ini membuka pintu bagi perusahaan-perusahaan swasta untuk membuat pesawat luar angkasa.

Pesawat ruang angkasa yang akan diluncurkan tersebut merupakan sebuah pesawat berukuran besar dengan enam mesin jet jumbo yang akan dibangun oleh Scaled Composites, sebuah unit dari kontraktor pertahanan Northrop Grumman Corp. Lebar sayap pesawat tersebut 385 kaki atau 117 meter, lebih lebar dari lapangan sepak bola, dan 70 persen lebih panjang dari sayap Boeing 747.

Pesawat buatan Stratolaunch Systems, perusahaan baru yang didirikan Allen, tersebut dilengkapi dengan mesin jet dari enam pesawat Boeing 747. Uji terbang pertama ditargetkan tahun 2015 nanti. Sedangkan penerbangan komersial pertama akan dilakukan setahun setelahnya. "Sudah lama saya bermimpi untuk mengambil langkah besar dalam penerbangan ruang angkasa swasta yang menawarkan sistem pengiriman ruang orbital dan fleksibel," ujar orang terkaya ke-57 dunia versi Forbes dengan kekayaan 13,2 miliar dolar AS ini pada konferensi pers beberapa hari yang lalu.

Allen, yang merupakan sumber pendanaan tunggal dalam proyek ini, memperkirakan biaya yang bakal dia keluarkan sebesar 200 juta dolar AS, lebih besar dari pengeluaran untuk SpaceShipOne yang hanya 20 juta dolar AS.
Reade more >>

Zaman Es akan kembali Terjadi di Bumi

Zaman es akan kembali terjadi di bumi. Demikian isi salah satu artikel dalam jurnal Nature Geoscience, Senin (9/1) waktu setempat. Menurut artikel itu, zaman es tampaknya baru terjadi sekitar 1.500 tahun lagi. Studi itu muncul karena tingginya tingkat buangan karbon dioksida (CO2) di atmosfer Bumi.

Badan Cuaca PBB penyebutkan, konsentrasi gas utama yang diduga sebagai penyebab pemanasan global mencapai rekor tertinggi pada 2010. Gas CO2 itu akan berada di atmosfer selama beberapa dasawarsa sekalipun dunia berhenti memompa buangan gas hari ini.

Zaman es adalah periode ketika ada pengurangan jangka panjang pada temperatur atmosfer dan permukaan Bumi, yang membuat pertumbuhan lapisan es dan gunung es. Setidaknya pernah ada lima zaman es di Bumi. Selama zaman es, ada lingkaran pembentukan gunung dari lapisan es, baik yang bertambah maupun berkurang.

Secara resmi, Bumi telah berada pada kondisi antargunung es, atau masa yang lebih hangat, selama sedikitnya 10 ribu sampai 15 ribu tahun, dan perkiraan beragam mengenai berapa lama periode semacam itu akan berlangsung.

"(Banyak ulasan) menunjukkan akhir (masa) antargletser saat ini akan berlangsung dalam waktu 1.500 tahun ke depan, jika konsentrasi CO2 di atmosfir tak melampaui (sebanyak) 240 bagian per juta menurut volume (ppmv)," kata studi tersebut.

"Konsentrasi CO2 saat ini 390 ppmv. Berada dalam kondisi itu, peningkatan volume lapisan es takkan mungkin terbentuk," tulis studi itu. Studi tersebut --yang dilandasi atas keragaman pada sampel batu dan orbit Bumi-- dilakukan oleh sivitas akademika di Cambridge University, University College London, University of Florida dan University of Bergen, Norwegia.

Penyebab zaman es tak sepenuhnya dipahami. Namun, konsentrasi methane dan karbon dioksida di atmosfer, perubahan pada orbit Bumi saat mengelilingi Matahari, dan gerakan lempeng tektonik, diduga berperan dalam menentukan kapan zaman itu kembali terjadi. (Antr/**)
Reade more >>

Awas... Reruntuhan Satelit Rusia Jatuh di Indonesia

Astronom Ma'rufin Sudibyo mengingatkan masyarakat Indonesia untuk mewaspadai runtuhan satelit milik Rusia Phobos-Grunt, yang diperkirakan akan jatuh pada 9 hingga 20 Januari 2012.

"Masyarakat jangan sekali menyentuh atau mendekati reruntuhan aneh yang sebelumnya didahului suara menggelegar di langit saat fajar atau sore hari," ujar Ma'rufin, Kamis (5/1).

Ma'rufin menjelaskan saat-saat yang perlu diwaspadai yakni pada saat fajar sekitar pukul 03.00-05.00 WIB atau sore hari sekitar pukul 13.00-16.00 WIB.

"Secara prinsip ada dua bahaya yang perlu diwaspadai yakni bahaya tumbukan dan toksisitas," ujar Ma'rufin.

Dia mengatakan jika reruntuhan lebih dari 200 kilogram itu jatuh dan menimpa rumah, maka akan mirip seperti kasus jatuhan meteor di Duren Sawit pada 2010 lalu.

Kemudian, bahaya selanjutnya adalah bahaya toksisitas karena Phobos-Grunt mengandung senyawa kimia sangat beracun, Dimetil Hidrain, yang jika terkena kulit akan menyebabkan melepuh dan bisa menyerupai luka bakar.

"Jadi kalau masyarakat menemukan reruntuhan satelit itu, jangan langsung mendekat atau memegang. Segera laporkan ke pihak berwenang," imbuh dia.

Menurut dia, semua satelit yang mengalami macet di orbit bumi memiliki resiko demikian, namun Phobos-Grunt memiliki massa yang sangat besar dan bahan toksik sangat banyak maka menjadikan reruntuk satelit ini berbahaya.

"Daerah lintasan jatuhannya hampir di seluruh wilayah Indonesia," tambah dia lagi.

Satelit Phobos-Grunt merupakan wahana yang bertugas melakukan pengambilan sampel tanah dan batuan serta membawa sampel bakteri, tumbuhan dan hewan tak bertulang belakang dan menghabiskan dana hingga Rp1,5 trilliun.

Sejak mengangkasa dari kosmodrom Baikonur pada 8 November 2011 lalu, Phobos-Grunt gagal ke Mars karena macet di orbit Bumi. (Ant/X-12)
Reade more >>

Misteri Bintang Yang Berputar Cepat

Seperti halnya tim detektif, sebuah grup astronom mencoba untuk memecahkan sebuah misteri. Mereka menemukan sebuah bintang aneh yang 25 kali lebih berat dari Matahari dan berputar lebih dari 300 kali lebih cepat – bahkan ia berputar lebih cepat dari bintang manapun yang terkenal sebagai bintang yang masif.Dan selain bintang ini berputar sangat cepat, ia juga brgerak dengan cara yang tidak biasa yakni bergerak lebih lambat dari bintang disekitarnya di angkasa. Sungguh sebuah bola yang aneh!
Bintang yang berputar sangat cepat. Kredit: ESO/M.-R. Cioni/VISTA Magellanic Cloud survey. Acknowledgment: Cambridge Astronomical Survey Unit
Tanda panah pada foto menunjuk pada bintang yang saat ini tengah diselidiki tersebut. Untuk mencoba memahami mengapa bintang ini berputar dan bergerak berbeda dari bintang lain, para astronom mengemukakan sebuah teori untuk menjelaskan hal itu. Sang bintang bisa jadi merupakan bagian dari sepasang bintang ganda di kala ia masih muda. Jika kedua bintang berada sangat dekat, maka bintang akan bergerak lebih cepat dengan “tenaga” dari materi yang ia “hisap” dari bintang pasangannya.
Akan tetapi, bintang yang berputar sangat cepat ini sudah tidak lagi memiliki pasangan. Nah apa yang terjadi dengan bintang pasangannya? Para astronom menduga kalau bintang pasangannya sudah meledak dalam ledakan supernova. Kekuatan ledakan supernova bisa jadi mendorong bintang yang berputar cepat ini menjauh sehingga menjadikannya bola bintang yang aneh dan berbeda dibanding bintang di sekitarnya. Ia bergerak lebih lambat di angkasa dibanding bintang di lingkungannya karena ia adalah pendatang di area tersebut.
Menurut astronom Philip Duffton, “Bintang ini jelas memberikan petunjuk menarik terkait kehidupan yang pendek dan dramatis dari sebuah bintang masif”.

Fakta menarik: Jika sebuah pesawat bergerak dengan kecepatan bintang masif ini berputar, maka hanya dibutuhkan waktu satu menit untuk mengelilingi Bumi di ekuator.
Sumber : Space Scoop Universe Awareness
Reade more >>

Kepala atau Ekor ?

Tidak mengherankan jika galaksi dalam foto yang tampak di halaman ini di beri julukan Galaksi Koin Perak – karena ia tampak seperti koin raksasa yang dilemparkan untuk menentukan pilihan antara Kepala atau Ekor! “Koin” ini juga tampak lebih dipoles dan mengkilap, menjadikannya salah satu galaksi paling terang di langit malam.
Silver Coin Galaxy. Kredit :ESO/INAF-VST Acknowledgement: A. Grado/L. Limatola/INAF-Capodimonte Observatory
Galaksi tipe ini digolongkan pada Galaksi Spiral mengingat bentuknya yang memiliki lengan bintang yang panjang dan gas yang berada di sekitar pusatnya.  Galaksi Bima Sakti yang menjadi rumah bagi Tata Surya juga merupakan Galaksi Spiral.
Ada beberapa bentuk yang berbeda yang dimiliki galaksi-galaksi. Sebagian galaksi memiliki bentuk yang tidak umum sehingga sulit untuk ditentukan pengelompokkannya. Tapi klasifikasi galaksi ke dalam sebuah kelompok adalah hal penting karena bisa membantu astronom untuk memahami bagaimana sebuah galaksi terbentuk.
Karena itu, astronom meluncurkan sebuah situs bernama Galaxy Zoo (Taman Galaksi), yang tujuannya mengajak masyarakat di seluruh dunia untuk membantu mengidentifikasi galaksi-galaksi yang dipotret. Dan kamu juga bisa ikut membantu! Kunjungi situs www.galaxyzoo.org dan ikuti saja petunjuknya.
Tak hanya itu, masih ada banyak situs web dimana para ilmuwan mengajak masyarakat untuk membantu pekerjaan mereka. Dan siapapun bisa ikut ambil bagian dalam apa yang disebut Warga Ilmuwan (Citizen Scientist)!
Reade more >>